Minggu, 18 Oktober 2009

Profil Mansur Afandy



Mansur afandy kecil tumbuh sebagai anak yang mengalami proses alamiah secara langsung. Saat tinggal di Batang batang, Sumenep, Madura, dia tumbuh di sebuah lembah, tempat sawah bertingkat-tingkat dan tanah bergunung-gunung.saya tahu bagaimana padi tumbuh jadi benih, ditanam kemudian jadi pohon lalu di panen. saya juga tahu bagaimana timun ditanam, berapa lama timun berbuah..? insyaallah sy masih ingat,(kenang masa kecil)

“Saya tahu telur ketika ayam berkotek, lalu mengeluarkan telur. Bukan pergi ke supermarket dan melihat telur dalam kemasan,” bukan pergi kepasar untuk lihat timun, sekali lagi saya tahu secara alami. tutur Pria Lulusan IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Ketika telur menetas, dia menyaksikannya pula. Berangsur-angsur tumbuh besar, anak ayam tersebut mulai bisa berjalan. Mansur menyayanginya dengan sepenuh hati. bahkan saya merasakan pernah punya ayam dengan jumlah yang meneurutku banyak waktu itu,sekitar 100 ekor ayam yang diternak dengan berawal 2 ekor anak ayam yang dikasih bu de nya disebuah desa di dongkek sana. pernah juga menyaksikan langsung bagaimana seekor elang mencengkeram dan membawa kabur salah satu di antara anak2 ayamku. “Saya langsung kejar elang itu. Saya terus mengejar hingga dia menghilang dari balik bukit,” jelasnya.

saya banyak tahu dengan proses alam-alam. alhamdulillah......mungkin itulah hikmah kenapa allah melahirkanku desebuah lembah desa terbelakang dengan nuansa alam yang panas kerontang. Madura sampai kapanpun aku kan mengenangmu.

Mansur afandy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar