Selasa, 17 Maret 2009

Kenapa Aku Suka Menulis...?



Artikel kali ini bisa dibilang tidak begitu penting, karena hanya mengulas mengapa saya senang menulis. Bagi yang tidak tertarik untuk mengetahui seluk beluk diri saya atau siapakah saya, lebih baik tunggu saja artikel-artikel lain yang akan muncul di blog ini (hehehe). Tapi bagi yang neugirig tentang kehidupan saya dan ingin mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang saya (mungkin kalian adalah secret admirer saya... hehehe) silahkan baca tuntas artikel ini.

Semua diawali dari tahun 2002,karena tahun itulah awal interaksi saya di dunia kampus,mulai senang dengan dunia tulis menulis. Mungkin saya adalah salah satu korban pemutaran film Ada Apa Dengan Cinta (2002) yang menyihir para remaja di ibukota jawa Timur dan tempat-tempat lainnya menjadi puitis. Berdasarkan hasil survey (dari mana sumbernya lupa) penjualan buku-buku Romantisme Remaja dan sastra Indonesia meningkat tajam pasca pemutaran film AADC. Sebutlah salah satu teman SMA saya, berinisial AA, jadi seperti Rangga (tokoh di AADC – red) yang suka nulis-nulis puisi di buku harian. Itu baru satu contoh. Contoh yang lain masih banyak. Jika kalian berasal dari salah satu SMA/MAN di Sumenep, pasti kalian banyak menemukan kasus-kasus yang serupa dengan ini bukan? Atau jangan-jangan kalianlah salah satu pelaku dalam kasus tersebut?

Fenomena Tulis menulis (jurnalistik) membuat senang guru-guru Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah. Sebuah semangat melestarikan bahasa, pikir mereka. sebauah karya pertama saya saat SMP Sumenep yang dapat nilai terbaik di kelasku.

Dalam denting aku terdiam
Dalam kokoh aku rapuh
Sayup sayup suaramu
Meratakan perasaan di balik para sanubari
Lempar saja tubuhku dalam api
Biar terbakar sampai berabu

Menurut psikologi, saya ini termasuk golongan orang Ginestetik, yang banyak bermain dengan perasaan (Milan Colis) ciek hehe..... Saya ingin mengungkapkan sesuatu, yang tidak berani (oleh karena beberapa alasan) mengungkapkannya secara gamblang. Jadilah saya mencari jalan lain untuk mengungkapkanya, dengan bermain kata-kata dan menyusunnya dalam kalimat-kalimat sederhana, padat, namun bermakna.

Ketika tahun 2002, umur saya masih 19 tahun. Egoisme remaja masih bergejolak. Perasaan-perasaan seperti cinta, persahabatan, amarah, dan lainnya begitu banyak datang dan membekas. Sehingga ingin rasanya untuk meluapkannya lewat tulisan yang bisa dinikmati kapan saja. Saya juga termasuk orang yang menulis buku harian lho, dan alhamdulillah buku kali pertama yang udah di cetak oleh salahsatu penerbit di surabaya ntuh berkat buku harianku lho.....! Dari tahun 2002,setiap insiden hidupku selalu saya rekam lewat tulisan2 disebuah lembaran-lembaran kemudian di lain waktu saya salin di buku harian. Sampai September 2005, Kemudian awal 2006 Terbitlah Buku Pertama saya yang berjudul "KETIKA CINTA DIKALAHKAN CINTA" tepatnya setelah KKN di Rembang Pasuruan, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan mengisi buku harian lagi. Semua terekam jelas. Hari ini saya sedang apa, pergi kemana saja, bertemu siapa saja, lengkap tertulis di buku harian. Mungkin itu juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan saya senang meluapkan perasaan melalui menulis.

Menulis itu simpel. Tapi maknanya dalam dan Ekses terhadap nilai kehidupan sungguh besar. Menulis itu bisa merekam getaran rasa, , dan bisa mengatakannya kepada si pembaca. That’s why I like writing and reading poem!

Trend pun berubah, seiring berkembangnya jaman. Saya masih senang menulis tapi tidak sesering dulu. Sekarang saya lebih suka memperhatikan. Tepatnya memperhatikan karakter orang-orang di sekeliling. Saya hidup di berbagai komunitas. Contohnya komunitas Indonesia dan komunitas kampus. Mereka membawa karakter-karakter yang berbeda dan punya keistimewaan. Dari situlah saya berimajinasi berimajinasi adalah salah satu hobby saya untuk mempertemukan si pemilik karakter A dengan si pemilik karakter B dalam dunia yang saya buat sendiri lengkap bersama problematika yang muncul di antara keduanya. Jadilah Cerpen atau cerita pendek. Tidak dapat dipungkiri, bahwa cerpen itu banyak berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh si pembuat cerpen, dengan perubahan seperlunya. Contohnya, jika dalam kehidupan nyata orang yang memiliki karakter A berjenis kelamin perempuan, saya buat dalam cerpen saya berjenis kelamin laki-laki. Atau saya menempatkan diri saya bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh pendukung, dan lain sebagainya.

Intinya, dengan menulis, saya memiliki tempat untuk meluapkan berbagai rasa yang ada dalam diri saya. Saya selalu beranggapan bahwa menulis merupakan salah satu bentuk seni, walaupun anggapan saya ini lebih banyak cenderung lari dari kenyataan, bahwa saya tidak punya aliran seni apapun dalam tubuh saya... hehehe... ayah saya seniman clasic (gamelan)/Kentrung Funky Heheh.... , tapi saya tidak bisa bernyanyi, bermain alat musik atau melukis atau juga fotografi. Jadi saya beranggapan, meluapkan rasa melalui bahasa juga termasuk seni. Jadi saya pun juga punya aliran seni. Ya kan?

Namun kita harus ingat, bahwa menulis juga penuh resiko. Dalam e-mail yang saya dapatkan dari seorang teman beberapa hari yang lalu, akrobat kata-kata dan sirkus retorika bisa jadi bumerang untuk diri sendiri yang siap memenggal leher kita sewaktu-waktu, dan juga bisa membuahkan rasa benci pada orang lain dan bukan membuat mereka tambah berkasih sayang. Hmmm...

Biar gimanapun, menulis itu menyenangkan. Yuk banyak menulis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar